
Oke, untuk tulisan kali ini ada artikel yang saya sadur, dan menurut saya merupakan wacana yang menarik bagi anda semua dalam mendukung tim sepakbola anda.
Sudah anda perhatikan dengan seksama gambar di atas? Ya benar, gambar di atas bukanlah kerusuhan akibat demo untuk menuntut mundur seorang pejabat korup, tetapi kerusuhan oleh suporter karena tim kesayangannya kalah. Ini juga kentara terjadi di Indonesia.
Liga Indonesia adalah kompetisi sepak bola antarklub di Indonesia. Liga Indonesia diselenggarakan oleh PT Liga Indonesia dan Badan Liga Amatir (BLA) yang berada di bawah PSSI. Terdapat lima tingkatan liga terdiri dari liga super, divisi utama, divisi satu, divisi dua, dan divisi tiga. Liga super merupakan liga yang mempunyai tingkatan tertinggi dari keempat liga lainnya di indonesia. Disamping liga ini adalah liga terpanas dalam bidang persepakbolaanya tetapi juga terpanas dalam segi tawuran antar suporter.
Pada waktu sekarang ini tentunya sudah tidak asing lagi dengan perilaku tawuran yang dilakukan oleh berbagai suporter di kancah liga super indonesia. Bahkan tawuran seperti ini tidak jarang mengakibatkan luka-luka hingga berujung pada kematian.
Tawuran ini sangat mudah dipicu dengan saling olok-mengolok antar suporter, tensi pertandingan, kepemimpinan wasit, dan masih banyak pemicu lainnya. Pemicu inilah yang memudahkan munculnya tawuran antar suporter yang merasa geram, tidak terima, ataupun kesal terhadap suporter lawan..
Lokasi tawuran sendiri sering juga terjadi dikota-kota besar di indonesia, khususnya daerah barat indonesia. Hal ini senada dengan seringnya pertandingan-pertandingan klub elit di indonesia. Klub elit inilah yang memiliki suatu magnet yang luar biasa dalam mendatangkan keuntungan bagi pihak penyelenggara tetapi juga mendatangkan kerusakan di daerah kota akibat tawuran.
Fanatisme dalam persepakbolaan di indonesia memang sangat berlebihan dan bersifat lokal bukan secara universal. Inilah yang dapat mengakibatkan munculnya permusuhan antara pendukung tim satu dengan tim yang lain. Berbeda dengan liga eropa seperti halnya inggris. Fanatisme lebih bersifat universal akibat meratanya pemain tim nasional inggris diberbagai klub liga inggris, dan juga di dukung dengan prestasi yang diraih oleh tim nasional mereka.
Jika tim nasional indonesia memiliki reputasi yang baik di kancah internasional maka fanatisme lokal akan berubah menjadi fanatisme universal, akibat meratanya pemain tim nasional yang mereka gandrungi. Sehingga sehingga pemain Medan dianggap juga milik orang Surabaya, pemain Surabaya jadi milik orang Makassar, dan seterusnya.
Kefanatikan lokal dapat membuat suatu kelompok menjadi sangat solid kerena mereka mempunyai keterikatan bersama sehingga sikap imitasi dari sebagian besar anggota suporter yang masih remaja ini dikhawatirkan memicu problem sosial yang lebih serius. Mungkin awalnya hanya senang, namun selanjutnya memberi contoh sehingga ikut senang merusak.
Definisi konformitas menurut Brehm dan Kassin mengatakan bahwa kecenderungan untuk mengubah persepsi, pendapat, perilaku seseorang sehingga konsisten dalam perilaku atau norma kelompok. Setiap seseorang yang masuk kedalam suatu kelompok maupun kelompok pendukung sepakbola memiliki kecenderungan untuk menyamakan presepsi, pendapat dan perilaku seseorang terhadap kelompoknya.
Menurut penelitian Rahayu Sumarlin tahun 2009, bahwa faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya konformitas adalah
- Memiliki ikatan yang kuat terhadap kelompoknya.
- Merasa bahwa kelompoknya merupakan hal yang penting dalam hidupnya dan sangat besar pengaruhnya.
- Ukuran kelompok karena besarnya jumlah anggota kelompok yang sangat berpengaruh dan cenderung untuk lebih memilih anggota kelompok dengan jumlah yang banyak.
- Suara bulat karena lebih memilih keputusan bersama dari pada memperhatikan pendapat sendiri.
- Status karena tingginya status seseorang yang ada dikelompok dianggap bisa dijadikan contoh karena ada sesuatu hal yang lebih dari orang tersebut.
- Tanggapan umum seperti lebih percaya fakta dari pada kabar yang baru didengar.
- Komitmen umum seperti tidak mempunyai komitmen terhadap siapapun.
- Pengaruh informasi karena subjek bisa memperoleh informasi dari kelompoknya tersebut.
- Kepercayaan terhadap kelompok karena subjek sudah mengenal lama kelompoknya sehingga subjek percaya terhadap pendapat kelompoknya.
- Kepercayaan yang lemah terhadap penilaian diri sendiri karena merasa tidak percaya diri dan tidak yakin kepada diri sendiri sehingga membuat subjek menjadi bergantung kepada teman-temannya.
- Rasa takut terhadap celaan sosial dan penyimpangan seperti mau melakukan apa saja untuk kelompok agar tidak disisihkan dan di cela.
Dalam sebuah kelompok setiap anggota tidak lepas dari kata konformitas dimana sesorang memiliki kecenderungan untuk berperilaku sama sesuai dengan norma kelompok. Jika proses imitasi sudah berkembang dengan mencontoh, maka konformistas akan lebih mudah untuk dilakukan.
Konformitas memiliki pengaruh kuat dalam terjadinya tawuran antar suporter, berawal dari salah satu anggota sebagai pemicu perilaku, maka yang lain juga akan memiliki kecenderungan untuk melakukan hal yang sama. Bisa dengan mengolok, melempar batu, bersorak sorak dan lainnya.
Nah ribet bukan dalam mengurusi sebuah fanatisme suporter di Indonesia? Tim sepakbola bagi rakyat Indonesia sudah seperti agama, yang mana jika ada kelompok lain yang mengejek, maka sang suporter pasti tidak akan terima dan akan membalas, bahkan pembalasan yang lebih anarkis.
Akhir kata, MALAS UTAS AWIJ
disadur dari sini, terima kasih
Tidak ada komentar:
Posting Komentar