Sabtu, 27 Maret 2010

pemikiranKu: Kok Pake Uang Rakyat Seh.......

"Kami bukanlah bayi yang ingin selalu mengedot! Kami adalah dewasa yang berani hidup sendiri!"

Bravo Sepak Bola Nasional!

Sebelum membaca tulisan saya, ada baiknya temen-temen meng-klik link di bawah ini, karena berhubungan dengan tulisan saya:

Sepak Bola Tanpa APBD

Oke sudah dibaca serta dihayati tanpa nurhayati????? Kalo belum, maka silakan klik link di bawah ini juga, hayati lebih dalam lagi,dan yang pasti tanpa nurhayati:

Jangan Kuras Uang Rakyat

Hehe...udah khan......... Cuma memastikan aja kok....^^


Oke, sebelum kita memulai pembahasan mengenai berita di atas ada baiknya pula temen-temen mengetahui betul apa itu APBD, minimal mengerti pengertiannya ataupun singkatannya. Andai masih belum mengerti apa itu APBD, silakan klik link berikut:

Seluk beluk APBD

Okey, sekarang sudah siap. ^^

Berita yang saya tampilkan merupakan gambaran secara umum manager/ketua tim sepakbola di Indonesia. Dimana tiap manager tersebut diberi tanggung jawab yang luar biasa oleh pemilik klub untuk mengurus tim sepakbola masing-masing.

Seperti kita ketahui, masih banyak klub di Indonesia yang menggantungkan hidupnya dari pasokan dana APBD, yang jelas-jelas dalam undang-undang tidak disebutkan fungsi atau kegunaan APBD adalah untuk menghidupi klub sepakbola, ini yang perlu digaris bawahi. dalam berita di atas, saleh Mukadar, selaku Ketua Umum Persebaya masih, dalam tanda kutip, menaruh harapan yang besar pada sosok APBD. saleh Mukadar sendiri malah meminta Sukarwo selaku gubernur Jatim untuk menjadi pengurus Persebaya, seandainya Persebaya tidak lagi dialiri dana APBD. Hal ini sungguh ironi sekali, dimana sebagai seorang manager/ketua umum dituntut untuk lebih cemerlang lagi dalam mengurus sebuah klub, tidak hanya memikirkan "sekarang makan apa" tapi juga harus berpikir "besok makan apa". Jadi, andaikan dana APBD tidak lagi digunakan sesuai "anjuran" gubernur, maka klub harus pintar untuk mengambil sikap untuk kelangsungan hidup.

Kita berkaca pada klub-klub yang sudah dan akan berhenti memakai dana APBD. Mereka pada awalnya kesulitan dalam mengarungi liga, tetapi dengan strategi managemen yang baik serta ditopang loyalitas yang tinggi oleh para elemen tim, mereka malah berjaya. Kita ambil contoh Persib Bandung. Bisa dilihat sendiri, terpampang 3 sponsor di kostum Persib, mulai dari produk motor, oli, hingga makanan. Mereka sekarang seperti itu karena memiliki strategi manajemen yang handal.

Miris sekali dengan komentar Saleh Mukadar, yang seolah-olah menentang kebijakan gubernur untuk menghentikan pasokan APBD buat klub-klub di Jatim. Jika kita melihat ke belakang, sudah berapa ratusan juta yang keluar sia-sia hanya karena untuk membayar denda. Jika Saleh Mukadar sendiri berani serta yakin akan kemampuan memimpinnya, maka haruslah berani bersikap untuk meninggalkan aliran dana APBD.

Sebenarnya, kekurangan Persebaya sekarang bukan terletak pada kelemahan manager semata, tetapi juga lemah di bidang sales and management. Dimana mereka masih belum mampu meraup sponsor sebanyak-banyaknya. Memang harus diakui, jika sebuah klub dengan reputasi yang bagus, insya Allah dapat menggandeng sponsor yang banyak serta bagus pula. Tetapi tidak dipungkiri, bahwa reputasi Persebaya (Bonek) sangat buruk di mata investor. Maka tidak heran masih sedikit sponsor ataupun investor yang mau bekerja sama dengan Persebaya.

Sekali lagi, inilah wajah persepakbolaan Indonesia, dengan segala dinamika yang ada. Dan saya harapkan instruksi dari gubernur segera terealisasikan, agar pos-pos vital APBD yang sempat terbengkalai karena anggaran buat klub, segera dilanjutkan kembali demi kemaslahatan penduduk Jatim.

SALAM SATU JIWA

Tidak ada komentar:

Posting Komentar